Sabtu, 19 Oktober 2013

essay “APATISME POLITIK INDONESIA”

Indonesia yang terdiri dari negara kepulauan dengan banyaknya suku dan budaya serta dengan wilayah yang luas memerlukan pengawasan yang ekstra untuk terjangkaunya penyampaian aspirasi masyarakat dari berbagai wilayah. Indonesia menganut sistem Presidensial. Tetapi dalam praktiknya Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer. Jadi dapat dikatakan sistem pemerintahan Indonesia adalah perpaduan antara Presidensial dan Parlementer.
Anak muda zaman sekarang, sebahagian tidak memahami dunia politik di Indonesia. Dan sebagian besar anak muda Indonesia memilih menjadi golput. Jika semua anak muda berpikiran sama dan menjadi golput, bagaimana politik di Indonesia di masa generasi mendatang?. Itu karena melihat Kondisi parlemen Indonesia saat ini belum bisa dikatakan ideal, masih banyak hal-hal yang harus dibenahi, mulai dari kinerja sampai kepada etika. Hal ini diperparah lagi dengan semakin menurunnya tingkat kepercayaan  terhadap kinerja parlemen yang banyak mengecewakan masyarakat. Padahal anggota parlemen adalah wakil rakyat, namun hanya sedikit masyarakat yang mempercayainya.
Seiring dengan perkembangan keterbukaan arus informasi, proses kerja di parlemen seperti pada rapat-rapat pleno dan komisi sekarang ini cukup menarik dihadirkan ke masyarakat misalnya dalam bentuk Pelatihan. Pelatihan ini merupakan suatu hal yang cukup menarik untuk diperhatikan dan diikuti selepas pulang beraktivitas untuk sekedar hiburan semata.  Pelatihan ini juga berguna sebagai ajang untuk memperlihatkan kepada masyarakat luas tentang kondisi parlemen di Indonesia.
Namun perlu di ketahui, parlemen bukanlah badut telivisi yang menghibur para penontonya dengan lakon yang dia perankan, melainkan parlemen adalah  sebuah bentuk forum publik bangsa dalam membuat keputusan yang dapat dipertanggung-jawabkan dan itu atas dasar diskusi terbuka yang dapat diikuti oleh semua orang.
Meskipum tugas parlemen cukup rumit dan berat sehingga bisa dikatakan apa yang dilakukan parlemen adalah hal yang mulia, akan tetapi sebaiknya para anggota parlemen berkontribusi dalam memecahkan permasalahan-permasalahan rakyat yang terjadi dan juga sebagai pengambil kebijakan strategis untuk rakyat. Disamping itu, garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan sangat jelas. Dalam  hal ini pencapaian kinerja parlemen akan terlaksana dengan baik, jika ditambah lagi dengan adanya pengawasan parlemen terhadap kinerja kabinet maka kabinet akan lebih berhati-hati dalam  dalam menjalankan tugasnya.
Dalam kondisi ini, pengevaluasian dan pembenahan kinerja sangat diperlukan untuk menciptakan kembali kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan parlemen di Indonesia. Perlunya penegasan serta parameter keberhasilan yang akurat sangat diperlukan untuk mencapai berbagai tujuan yang direncanakan. Rakyat pada dasarnya memberikan amanah yang besar terhadap para anggota parlemen serta berpangku dalam pengelolaan bangsa. Maka dari itu, sangat diperlukan parlemen yang lebih baik dari sekarang yang benar-benar peduli dengan rakyat, bukan parlemen perpanjangan tangan birokrat dan sekumpulan teknokrat.
Parlemen yang ideal dapat tercapai dengan pembenahan hal-hal yang crusial terlebih dahulu. Pembenahan mengenai penekanan terhadap nilai-nilai dan etika. Dari hal-hal seperti ini akan terbentuk sebuah tradisi baru dalam konsep gerakan yang membudaya. Dari gerakan-gerakan ini selanjutnya dibreakdown sehingga terciptanya gerakan sosial. Dari gerakan sosial ini akan tumbuh suatu perspektif baru terhadap berbagai kondisi yang sedang dihadapi.
Hal-hal ini dapat tercapai hanya  dengan dukungan para pemangku kebijakan parlemen yang memiliki kredibilitas dan dedikasi yang tinggi untuk menciptkan kinerja yang baik. Maka dari itu, seseorang yang menjadi pemangku kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki track record yang baik dalam segala bidang, baik dalam bidang akademis, bidang sosial, bidang politik, dan sebagainya.
Untuk terciptanya hal itu perlu adanya syarat yang ketat dalam hal pengajuan diri untuk menjadi anggota  parlemen. Tidak sedikit para anggota parlemen di negara kita yang diajukan oleh partai, sehingga mereka secara tidak langsung telah menjadi tentara partai dalam peperangan politik. Dan bisa dikatakan mereka lebih mengutamakan kepentingan partai dari pada kepentingan rakyat yang notabene adalah yang memilih mereka.
Upaya-upaya untuk mencapai keadaan ideal tersebut tentu bukan suatu hal yang mudah untuk dilaksanakan. Namun, dengan memulai dengan pembenahan masalah crusial terkait nilai-nilai dan etika. Hal ini akan banyak merubah pola pikir dan budaya kerja parlemen. Dan dalam proses pembenahan masalah crusial tersebut juga sangat diperlukan parameter keberhasilan pencapaian kinerja. Adapun secara general pencapaian idealnya suatu parlemen dapat dilihat apabila ketika rakyat mengalami masalah, mereka berkata bahwa kami memiliki parlemen yang siap membela dan membantu rakyat Indonesia.
Kondisi parlemen indonesia sekarang ini sangat sedikit berasaskan kepentingan rakyat melainkan telah berasaskan kepentingan golongan dan partai. Hal ini bisa dilihat dari kinerja para anggota parlemen yang dengan sengaja mengedepankan kepentingan golongan dan partai dengan alasan kestabilan politik. Parlemen bukanlah lembaga partai, parlemen bukanlah lembaga golongan, namun parlemen adalah lembaga rakyat, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa hendaknya sejak dini untuk terjun langsung mendalami dunia politik. Generasi muda tidak di ajarkan untuk menjadi apatisme politik akan tetapi diajrakan bagaimana mereka lebih peduli terhadap gerakan politik di Indonesia. Pemuda sekarang jangan beranggapan bahwa hanya mahasiswa hukum saja yang akan berbicara mengenai politik akan tetapi semua mahasiswa di Indonesia harus terseret kedunia politik. Ini adalah bentuk kepedulian terhadap Negara yang kita naungi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar